Selasa, Juni 01, 2010

Yahudi Kembali Mempertontonkan Kebiadabannya

Tragedi penyerangan yang dilakukan Angkatan Laut Israel terhadap rombongan kapal Marvi Marmara, satu dari 6 kapal Armada Kebebasan (Freedom Flotilla) yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Palestina. Namun belum juga sampai pada tujuan, mereka dihadang oleh militer Israel. Penyerangan terhadap kapal yang sedang berlayar membawa bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina di Gaza mencederai rasa kemanusiaan masyarakat dunia.


Tindakan brutal militer Israel yang menembaki kapal dan menerjunkan pasukan menyerbu secara membabi-buta yang berisi bantuan dan aktivis kemanusiaan bagi rakyat Palestina yang kini tengah diblokade oleh Israel menghinakan kaum Muslimin pada khususnya.

Militer Israel mengerahkan pasukan menyerbu kapal yang berisi para relawan, kapal yang mengangkut 750 aktivis kemanusiaan dan sejumlah anggota parlemen dari sejumlah negara. Rombongan yang terdiri dari organisasi rakyat dari lebih 50 negara yang sama sekali tak bersenjata. Beberapa akhirnya meninggal dan puluhan lainnya luka-luka.

Kecaman terus berkumandang bukan hanya dari Dunia Islam, tetapi di negara-negara Barat, termasuk di sejumlah negara-negara Uni Eropa, yang selama ini menjadi kawan dan sekutu Israel. Kejadian ini menggores hati masyarakat internasional. Belum juga kering luka penduduk gaza akibat agresinya. Mereka kembali mempertontonkan kebiadaban, mereka begitu pongah menyingkap watak mereka yang sebenarnya. Bangsa yang gemar menumpahkan darah umat manusia di bumi ini, tanpa henti. Dari masa ke masa.

Jauh sebelum kita menyaksikan tindakan tidak berprikemanusiaan seperti sekarang ini, sejarah telah merekam akumulasi perilaku-perilaku mereka yang amat keji. Mereka dahulu telah lebih dulu membunuh para Nabi. Dengan sangat kejamnya mereka memenggal leher Nabi Yahya alaihissalam, lalu dengan begitu biadabnya menggergaji tubuh Nabi Zakariya alaihissalam.
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar, dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka dengan siksa yang pedih“. [QS. Ali Imran: 21]

Nabi Isa alaihissalam juga tidak luput dari incaran mereka, akan tetapi Allah Subhanahu Wata’ala berkehendak untuk menyelamatkan nabi-Nya.
“Dan karena ucapan mereka: Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih Isa ibnu Maryam Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh dan salib itu ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan Isa) benar-benar dalam keraguan tentang (yang dibunuh) itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak yakin bahwa yang mereka bunuh itu Isa”. [QS. An-Nisa’: 157]

Lalu pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah, mereka pun membuat makar untuk kaum Muslimin. Tiga suku Yahudi (Bani Nadhir, Bani Qainuqa, dan Bani Quraizhah) akhirnya diusir dari Madinah karena pengkhianatan mereka atas perjanjian damai dengan Rasulullah.

Bani Qainuqa' adalah yang pertama yang mengkhianati janjinya dengan Rasulullah, peristiwa itu terjadi tatkala seorang wanita Muslimah yang datang ke pasar mereka. Namun, mereka meminta agar Muslimah ini membuka cadar yang dikenakannya, Muslimah ini tentu saja menolak. Lalu Yahudi tersebut malah menyingkap auratnya, sambil menertawakannya. Sang wanita pun berteriak minta tolong. Seorang lelaki muslim mendengar lalu memukuli si yahudi dan membunuhnya. Melihat kejadian itu orang-orang Yahudi yang lain mengerumuninya, dan beramai-ramai membunuh lelaki muslim tersebut. Mendengar berita kematian lelaki itu, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang bersama para sahabat mengepung mereka selama lima belas malam. Rasulullah pun memerintahkan agar mereka meninggalkan Madinah.

Yahudi Bani Nadhir melakukan pengkhianatan yang kedua. Suatu saat Rasulullah pergi ke perkampungan Yahudi bani Nadhir untuk meminta diyat (denda) dua orang muslim yang terbunuh dari Bani Amir, Ketika beliau datang mengutarakan maksudnya, mereka bukannya memenuhi permintaan Rasulullah, mereka justru mempersiapkan strategi untuk membunuh Beliau shallahu ‘alaihi wasallam. Yahudi-yahudi itu naik ke atas rumah dan menjatuhkan batu karang ke arah Rasulullah. Akan tetapi Allah melindungi Rasul-Nya dari makar orang-orang Yahudi tersebut dengan mengirimkan berita lewat Malaikat Jibril tentang rencana jahat itu. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bergegas kembali ke Madinah, dan memerintahkan para sahabatnya untuk bersiap-siap pergi memerangi mereka. Ketika orang Yahudi Bani Nadhir mengetahui kedatangan pasukan Rasulullah, mereka cepat pergi berlindung di balik benteng. Pasukan Islam mengepung perkampungan mereka hingga mereka memohon izin kepada Rasulullah untuk keluar dari Madinah, dan Rasulullah pun dengan kemurahanhatinya mengizinkannya.

Pengkhianatan yang ketiga dilakukan oleh Bani Quraizhah ketika mereka menghasut orang-orang Quraisy, Ghathafan dan beberapa suku musyrik besar lainnya. Mereka berkonspirasi untuk membentuk pasukan Koalisi (al-Ahzab), antara pasukan musyrik dan pasukan Yahudi untuk mengepung Kaum Muslimin. Akan tetapi Allah lagi-lagi berkehendak lain, Allah mengirim angin topanan dan guntur yang memporak-porandakan pasukan mereka, yang pada akhirnya mereka pulang dengan membawa kekalahan.


Palestina dan Ukhuwah Kita

Kejadian demi kejadian akibat ulah yahudi, telah dan mestinya membuka mata dunia bahwa Israel dan para saudara yahudinya adalah teroris sejati. Ia sama sekali tidak memahami bahasa kasih, tidak pula bisa diajak kompromi dengan bahasa kemanusiaan. Dunia harusnya semakin paham bahwa Israel hanya bisa berbicara dengan bahasa kekerasan dan kelicikan. Sementara kita kita sudah terbiasa untuk ‘memaafkan’ lalu setelah itu lupa. Ataukah kita harus menunggu al-Aqsha rata dengan tanah, baru kita terbangun kalau ia sedari tadi menuntut bela? Saya yakin TIDAK saudaraku!

Palestina semestinya mempunyai tempat tersendiri dalam hati-hati kita. Di negeri inilah letak Baitul Maqdis, di negeri inilah tempat perhentian terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika Isra’ di bumi dan permulaan perjalanan Mi’raj ke langit, dan di negeri ini pulalah masjid ketiga utama di kalangan Kaum Muslimin, Masjid al-Aqsha.

Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami” (Al-Isra ‘: 1)

“Tidak boleh bersafar, kecuali menuju tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsho“. [HR. Al-Bukhori (1189), dan Muslim (1397)]

Tidak ada alasan bagi kaum Muslimin untuk lengah dari saudara-saudara mereka di Palestina yang tengah diblokade, diembargo dan dibantai. Sekarang, kita menyaksikan jengkal demi jengkal penghancuran itu, bom yang mereka ledakkan, orang yang dibantai menemui akhir hayatnya dan saat-saat rumah dirobohkan.

Serangan-serangan intensif terus dilakukan terhadap penduduk Palestina : pengusiran penduduk, , pengepungan rakyat, penggalian di masjid al-Aqsha, penyitaan tanah dan pendirian pemukiman baru bagi yahudi dari lahan-lahan yang dirampas. Semua ini menunjukkan sisi kegetolan mereka dalam menghinakan negara-negara Islam, dan besarnya pembangkangan mereka terhadap perdamaian internasional.

Tidak ada alasan bagi kaum Muslimin untuk lengah dari saudara-saudara mereka, tidak ada sama sekali!. Paling tidak doa bagi saudara-saudara kita di sana, semoga Allah mengokohkan pendirian mereka, semoga Allah menolong mereka menghadapi musuh-musuh mereka. Dan berkontribusi meringankan musibah mereka melalui harta dan biaya hidup semampunya.

Problematika Palestina harusnya menjadi topik bahasan kaum Muslimin ketimbang membicarakan Piada Dunia dan hal-hal sepele yang lainnya. Tidaklah pantas seorang saudara disibukkan dengan hal seperti itu sementara di sana saudara mereka tengah bersimbah darah.
“Perumpamaan orang-orang muslim beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh meresponnya dengan merasa demam.” (HR Muslim)

Dentuman senjata dan ledakan-ledakan terdengar mengusik keindahan hari-hari mereka. Hawa dingin berganti panas mesiu. Senjata yahudi telah merampas senyum ceria dan menggantinya dengan mendung pekat. Tragedi brutal itu tidak meninggalkan sedikitpun rasa kemanusiaan.
Beberapa jam mereka meluluhlantahkan, serangan itu terhenti sejenak. Lalu beralih ke serentetan tembakan sporadis, kemudian sepi. Dan tak lama hening itu menjadi pecah oleh ledakan mengguncang, Al-Aqsha menjadi saksi atas perlawanan yang tak seimbang.

Mereka hanyalah sebatang busur yang merindukan anak-anak panah. Anak panah yang siap meliuk dalam suka maupun duka perjalanan perjuangannya. Al-Quds memanggil!, menuntut bela. Menghapus deretan awan yang menyiratkan suasana kelam di atas ufuk Palestina. Sebelum akhirnya mata terpejam dan para pejuang tersungkur ke tanah, tubuh-tubuhnya menghantam bumi, bersimbah darah. Tanpa sempat menemukan mentari cerah yang dinantinya, tanpa sempat menemukan keceriaan pagi selamanya.

Dia sedari tadi merintih memanggilmu
Karena terlampau lama
aku khawatir engkau tak akan mendengar lagi lirihnya
memudar bersama sakitnya yang bergulir, begitu sunyi
Tak usah menjuntaikan cinta berulang kali
namun engkau memaksanya bertarung dengan tubuh yang semakin pipih
Semakin ringkih.

Palestina oh Palestina...
Kami belum melahirkan cinta yang berwarna merah
sehingga hanya bisa mematung melihat wajahmu sembab,
dan sembab lagi
tanpa pernah sekalipun kami menyekanya
karena tangan ini begitu sibuknya memunguti mutiara yang buram
lalu mengantonginya satu-satu.

Palestina oh Palestina...
Biarkan kami menata ulang arti cinta
agar tak perlu ada lagi cerita tentang saudara
cerita tentangmu
yang menanti dengan segelas air mata di tangan.


Allahumma yaa Munzilal kitaab, wa yaa mujriyas sahaab, wa yaa haazimal ahzab, Ihzimil Kuffaar, ihzimil yahuud waman wallaahum, wanshurnaa ‘alaihim. Yaa Allah,Tuhan yang menurunkan al-Quran, Tuhan yang menggerakan awan, Tuhan yang membinasakan tentera ahzab, binasakanlah orang-orang kafir , binasakanlah yahudi dan sekutu-sekutu mereka, dan menangkanlah kami atas mereka. Aamiin.

STIBA Makassar, 1 Juni 2010
Marzuki Umar

0 komentar:

Posting Komentar

Photobucket Photobucket Photobucket
marzukiumar.com © 2007 supported by www.iu.edu.sa allright reserved