Sahabat...
Sudah lama dan telah banyak yang ingin kukabarkan padamu. Dari jejak-jejak hidup yang terlewati, dari berderet-deret pengalaman yang menjadi kekayaan jiwa yang tak ternilai. Ia terkenang dengan amat indah untuk membuat hidup lebih matang. Sehingga datang suatu waktu kita mengucapkan takjub dan syukur yang setulus-tulusnya karena Allah telah berkenan mengajarkan kita arti hidup yang mendewasakan dari ciptaan dan skenario yang disusunNya.
Sahabat...
Kesadaran lain yang timbul adalah bahwa ternyata lingkungan itu adalah tempat mengais pengalaman yang sangat berharga. Karena kita sebagai manusia seringkali harus 'dicubit' oleh kenyataan yang senyata-nyatanya.
Hari itu di Masjid Nabawy selepas senja di dekat makam Rasulullah -shollollahu 'alaihi wasallam- saya terdiam memandangi lautan manusia dari berbagai negara. Namun akhirnya pandanganku terhenti pada seorang anak kecil yang duduk tidak jauh dari tempatku. Kusempatkan menyapanya, rupanya ia adalah anak asli Madinah. Namanya Abdullah, masih sangat mudah umurnya baru menginjak delapan tahun setengah.
Dari dialog singkat ini, ternyata saya baru tahu kalau bocah cilik ini ternyata sudah hafal Al-Qur'an Al-Kariim di usia semuda itu. Bahkan yang lebih membuat saya terheran, ia menuntaskan hafalannya hanya dalam waktu enam bulan.. Subhanallah!
Tak percaya begitu saja, akhirnya kami mengambil mushaf dan mengetesnya saat itu juga. Tabarakallah, hafalan yang sangat mutqin, sangat memukau. Ia tak butuh waktu untuk berpikir menyambung ayat-ayat yang kami sebutkan, dengan spontan langsung tersambung oleh lidah anak kecil ini.
"Di rumah ada Musik, game, atau Televisi?" tanyaku padanya. Dengan polosnya ia menjawab singkat "hanya al-Qur'an!". Rupanya ia terlahir dari tarbiyah orang tuanya yang juga hafizh al-Qur'an. Dan Abdullah-Abdullah yang lain ternyata banyak sekali dan mudah kita dapati di Masjid Nabawy, anak-anak yang disibukkan dengan al-Qur'an, disibukkan dengan menghafal mutun (kumpulan bait-bait ilmiah), dan tidak sekedar membaca namun juga menghafal dan mendalaminya.
Sahabat...
Bandingkan dengan anak-anak di negeri kita, apa yang bisa mereka lakukan dalam usia delapan tahun?. Dan ini tentu saja berpulang kepada apa yang telah diberikan oleh ibu bapaknya. Yang sejak kecil sudah 'ditarbiyah' dengan playstation atau telah diajar privat oleh televisi. Bahkan tidak sedikit telah diajari cara-cara 'modern' bergaul dengan lawan jenis. Wal'iyadzu billah...
Sahabat...
Akhirnya, kita bertanya kepada diri sendiri. Mampukan kita menjaga kehati-hatian dengan sesuatu yang sederhana, tapi ternyata besar nilainya di hadapan Allah? untuk sebuah investasi yang abadi, anak sholeh.
Al-Madinah Al-Munawwarah, bersama dingin yang ternikmati..
Saat lama baru bergaul lagi dengan tooth keyboard
-Al-faqiir, Marzuki Umar-
0 komentar:
Posting Komentar