Kamis, Oktober 11, 2012
My Wedding
Jumat, September 07, 2012
Saat Berpisah, Saat Bersabar...
Sabtu, Oktober 08, 2011
Rindu Tetaplah Rindu!
Rindunya tak juga kunjung lunas. Ya, karena rindu tetaplah rindu, kata-kata tak kan sanggup untuk membayarnya tunai.
Jam sudah menunjukkan tengah malam, tapi tak tampak kalau lelaki ini akan mengakhiri cerita cintanya pada kami. Sayapun mencoba menyimak baik-baik, meraba pada jiwa saya. duhai jika saya berada di posisinya.
Beberapa bulan yang lalu istrinya sudah pergi. Tak pernah ia kira akan secepat ini kisah itu 'bersambung' di dunia yang fana ini. Sang kekasih yang selama ini berpuluh tahun lamanya berpamit mengikuti titah TuhanNya. meninggalkan segenggam hati yang terbakar oleh rindu.
Lelaki ini bercerita, dulu ketika usia pernikahannya masih seumuran jagung, ia harus berpisah dengan sang istri. Ia studi di luar negeri, sementara sang istri juga masih melanjutkan kuliah di tanah air.
Namun, perpisahan yang dulu dengan kali ini tentu sudah beda. Dahulu mereka hanya dipisahkan oleh jarak, namun sekarang mereka telah dipisahkan oleh alam. Yang tersisa adalah rindu dan kenangan. Persis seperti bait yang pernah di dengar raja Abdul Malik bin Marwan ;
Air mata mengalir bersama larutnya malam
sedih mengiris hati dan merampas tidur
bergulat aku melawan malam
Terawangi bintang hasrat rindu mendera-dera
Melukai jiwa..
Tahukah Anda sekalian siapa lelaki yang saya maksud?
Beliau adalah Bpk BJ.Habibie, dengan kisah beliau bersama Bu Ainun yang diceritakannya kepada kami ketika berkunjung di kota Madinah beberapa bulan yang lalu.
Darinya saya mencoba dan merenungi betapa rindu adalah salah satu ujian terberat bagi para umat manusia. kata-kata sekalipun tak mampu menghapus dahaga dari pengembaraan kisah jiwa-jiwa yang merindu. Rindu tetaplah rindu! Hanya sabar yang mampu merangkulnya.
Innama yufawwash shhobiruwna ajrahum bighoiri hisab..
Medina, 08-10-11 02:00
Jumat, Juni 24, 2011
Senin, Mei 09, 2011
Rindu yang Aku Baca
Ini yang aku baca pada lembaran yang tidak muda lagi,
Tentang rindu yang dijahit dengan sebait puisi
Ada jarak di antaranya,
ada juga yang diam-diam mencurah seperti hujan
tidak mengapa,
Agar aku bisa menyulam senja bersamanya
Karena selama ini
Setiap kali aku menemukan pertanyaan tentang rindu
aku hanya bisa menjawabnya dengan bisu
tidak mengapa,
Agar aku bisa membuang sedikit demi sedikit dari jarak yang membentang
antara terik dan teduhnya senja yang menguning,
bersama segelas teh hangat
yang diseduh dari kata-kata yang paling tulus.
Madinah, 9511
Beberapa hari lagi liburan ke tanah air,
rindu dengan rintik hujan Makassar yang khas.
Sabtu, April 23, 2011
Cinta; antara Pilihan dan Realitas
Meski masih berstatus ota baru, kota Bashrah menjadi kota terkaya di negeri kaum muslimin dan paling melimpah hartanya, karena di dalamnya dikumpulkan hasil ghanimah perang dan kekayaan alam kaum Muslimin.
Namun bagi sang pemuda ini, hal itu bukanlah yang menjadi tujuannya. Beliau dikenal zuhud terhadap apa yang dimiliki manusia, berharap terhadap apa yang ada di sisi Allah, berpaling dari dunia dan perhiasannya, menghadapkan jiwanya kepada Allah dan keridhaan-Nya.
Ketika itu pemuka Bashrah adalah seorang sahabat agung, Abu Musa al-Asy’ari, semoga Allah meridhainya dan menjadikan wajahnya berseri di surga-Nya. Beliau adalah wali kota Bashrah yang bercahaya. Beliau juga adalah panglima perang yang berasal dari Bashrah setiap kali menghadapi musuh. Beliau adalah imam penduduk Bashrah, pengajar dan pembimbingnya menuju ke jalan Allah.
Kepada Abu Musa al-Asy’ari inilah Amir bin Abdillah berguru, baik dalam kondisi perang maupun damai. Aktif menemani beliau setiap menempuh perjalanan, meneguk ilmu darinya tentang kitabullah yang masih segar seperti tatkala diturunkan di hati Muhammad. Juga mengambil hadits shahih yang bersambung hingga Nabi shallallohu 'alaihi wasallam. Yang mulia. Beliau menuntut ilmu tentang agama Allah di hadapan Abu Musa al-Asy-‘ari.
Bagian pertama adalah untuk halaqah dzikir di masjid Bashrah yang disana dibacakan dan diajarkan Al-Qur’an kepada manusia.
Ketiga, untuk terjun ke medan jihad, beliau menghunus pedangnya untuk berperang di jalan Allah. Seluruh umurnya tidak pernah absen dari tiga kesibukan itu, sehingga beliau dikenal dengan abid (ahli ibadahnya) dan ahli zuhudnya penduduk Bashrah.
Meski demikian gemilangnya perjalanan hidup Amir bin Abdillah –sebagaimana yang Anda lihat- namun beliau tidak terhindar pula dari hasutan dan gangguan manusia.
Meski demikian, ujian akhirnya menghampiri Beliau, dihadapkan pada masalah seperti yang biasa dialami oleh orang yang lantang menyuarakan kebenaran, mencegah kemungkaran dan berusaha untuk menghilangkannya.
Mereka mengadukan Amir bin Abdillah kepada amirul mukminin Utsman bin Affan.
Khalifah memangging wali Bashrah untuk memanggil Amir bin Abdillah dan meminta keterangan kepadanya perihal tuduhan yang ditujukan kepadanya, lalu hasilnya agar dilaporkan kepada khalifah. Maka wali Bashrah memanggil Amir dan berkata, “Sesungguhnya amirul mukminin –semoga Allah memanjangkan umurnya- telah menyuruhku bertanya kepadamu perihal perkara-perkara yang dituduhkan kepada Anda.”
Amir menjawab, “Silahkan Anda bertanya sesuai yang diinginkan amirul mukminin.”
Lalu wali Bashrah bertanya, “Mengapa Anda menjauhi sunnah Rasulullah. dan tidak mau menikah?”
Beliau menjawab, “Aku tidak ingin menikah bukan karena menyimpang dari sunnah Rasulullah saw. karena aku tahu tidak ada kerahiban (hidup membujang untuk beribadah) dalam Islam. Namun aku hanya memiliki satu jiwa saja, maka aku jadikan ia untuk Allah dan aku khawatir jika istriku kelak akan mengalahkan hal itu.”
Sahabat,,,
Begitulah hidup ini kita berkelana dengan pilihan-pilihan, selanjunya kita mengenal beberapa tokoh besar dalam umat ini yang tidak pernah mengecap cinta berbingkaipernikahan, diantaranya Imam anNawawy dan Ibnu Taimiyah -rahmatullahi 'alaihim-.
Saya mengetengahkan kisah ini bukan mengajak Anda sekalian untuk tak usah menikah, hehehe. Karena saya yakin Antum semua mengerti betul tentang ahammiyatuz zawaj (Keutamaan menikah). Sama begitu banyaknya tokoh Umat ini yang memilih menikah dini. Ya, kembali lagi bahwa hidup ini adalah pilihan.
Mmm saya teringat dengan seorang al akh yg sangat dekat dengan kami. Beliau merupakan senior ketika saya masih SMA, Saya banyak mendengarkan curahan hati darinya. Al-akh yang memang untuk ukuran sekarang menjadi idola para wanita.Selain Beliau cerdas, anak rohis, dari kalangan keluarga yang berada, ia juga dikaruniai muka yang rupawan.
Hampir setiap saat ketika bersamanya, saya mendengarkan sederet nama-nama siswi yang 'nitip salam' padahal sudah jelas-jelas anak rohis. Jangankan pacaran, ngomong saja harus menekuk pandangan.
Darinyalah juga saya belajar tentang PILIHAN dalam hidup ini. Beliau sejak SMA sudah mengikrarkan diri untuk menikah dini. Saya ingat betul, betapa beliau bangga dengan prinsipnya meyakini bahwa cinta adalah misi, ia bagian dari marhalah dakwah ini.
Dan betul, tidak butuh waktu yang lama. Tiga tahun setelah menyelesaikan pendidikan SMA nya, beliau menuntaskan harapannya. Mempersunting salah seorang muslimah yang Allah pilihkan untuknya. Walhamdulillah sampai sekarang ia telah dikaruniai seorang mujahid, dan seorang mujahidah, buah hati.
Senyum yang biasa saya dapati ketika masih SMA masih terus tersungging (Allah menakdirkan saya bersamanya dalam kampus yang sama ketika masih di Makassar). Masih menyempakan diri bercanda bersama dan mengenang potongan-potongan kisah ketika masih di Soppeng.
Dan satu prinsip beliau yang sangat saya kagumi, adalah kesederhanaanya padahal ia anak seorag pimpinan salah satu BUMN propinsi. Saya kadang 'sedih' melihatnya,tatkala di suatu waktu mengatakan: "Saya mengajak isri berhemat, saya ingin sekali membeli kitab Zuhud karya Imam Ahmad. Harganya 50 ribu akh.".
Subhanallah! dan yang kami ketahuidari beliau adalah sikapnya yang enggan meminta kepada orangtuanya. Dan lebih tenang dengan kesederhaannya karena dunia dan akhirat tidak akan berkumpul dalam satu hati.
Sahabat,,,
Kita kadang punya banyak opsi dalam hidup ini. Tetapkanlah pilihanmu! dan teguhlah dengan pilihan itu ikat ia dengan doa, dan satu hal niatkanlah untuk wajah Allah semata. Itu ji'...
Madinah, 23 April 2011
Akhirnya kembali lagi ke Kampus.
*Kepada al-akh: Kawan saya belum menuntaskan harapanku, yang pernah kukatakan padamu 6 tahun lalu ! Doakan nah, semoga dalam waktu dekat.. ^_^
Selasa, April 12, 2011
Akhir Pengembaraanmu
Tegarkan hatimu anak muda…
belajar untuk tidak mengenal malam yang lelap
karena mimpi tak lagi bisa dihadirkan
Tegarkan hatimu anak muda…
Berlari untuk lupa pada pagi yang dini
Karena kau tak lagi mendapati embun
Ketika surya datang dan beranjak nanti
Tegarkan hatimu anak muda…
Pergi dan tiinggalkan senja
Biarkan ia di sana!
menunggu ajalnya dibawa oleh bintang
Melangkahlah bersama kafilah yang hanya mengenal jalan sunyi
Di saat malam, pagi, dan senja tak lagi berjudul
Bersepakat dengan bulir peluh bertulis doa-doa para syuhada
Di sanalah akhir pengembaraanmu wahai anak muda…
Bukti cinta dengan sebongkah batu
Karena di Jannah tak ada lagi desingan peluru kawan!
Makkah al-Mukarramah, 120411 01:00
Menikmati liburan bersama ikhwan, sambil menghitung hari menunggu kepulangan ke tanah air.
.: Tentang Web Ini :.
Fie Harokatin Barokah, dalam pergerakan ada berkah. Saya memilih sepakat dengan membayar harga sebuah cita-cita dan mimpi. Aku pernah bermimpi dan berpikir untuk merengkuh takdir sejarahku sebelum meninggal. Selebihnya biar ALLAH yang memberiku mimpi baru.
Sisa menitip asa pada waktu. Setiap peristiwa ada waktunya, maka setiap kemenangan ada jadwalnya. Satu kata, Berbuat!.
Marzuki Umar
(marzuki_umar@ymail.com)