Segala rutinitas di bangku kuliah untuk sementara ditinggalkan. Tak hanya para mahasiswa, meski tidak sepenuhnya libur karena harus mengurusi pendaftaran mahasiswa baru, para pengelola kampus juga ikut menikmati momentum liburan tersebut.
Lantas, bagaimana seharusnya seorang muslim memanfaatkan waktu liburan? Apakah waktu libur hanya digunakan untuk bersenang-senang?
Waktu merupakan satu di antara dua nikmat Allah yang sering dilalaikan manusia. Padahal waktu berjalan sangat cepat, bagaikan awan yang bergerak, bagaikan angin yang bertiup kencang sehingga tak bisa dihentikan. Waktu juga merupakan kesempatan yang tak kan pernah terulang kembali. Sehingga manusia harus memanfaatkan nikmat waktu dengan baik
Hal itu sejalan dengan perintah Ilahi agar seorang muslim tidak melupakan kehidupan akhirat. Allah berfirman, ”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan,” (QS Al Qashash: 77).
Makanya jika seorang muslim telah selesai melakukan suatu pekerjaan, segera laksanakan pekerjaan berikutnya. Sadarilah bahwa setiap detik akan dihisab oleh Allah, Firman-Nya. ”Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,” (QS Al Insyirah: 7).
Lembaran hidup seorang muslim, terangnya, seharusnya ditulis dengan tinta-tinta iman dan amal saleh. Hal ini mengingat umat Muhammad adalah umat terakhir. Jika diibaratkan, umat terdahulu lahir di pagi hari, tapi umat Muhammad lahir di sore hari. Artinya waktu kehancuran dunia semakin dekat. Hari Kiamat itu merupakan sebuah keniscayaan yang pasti terjadi. Oleh karena itu nikmat waktu dan kesempatan yang dianugerahkan Allah, harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk melakukan amal-amal yang produktif..
Era yang menuntut kita bergerak serba cepat bukan berarti kita tak membutuhkan jeda waktu untuk istirahat. Manusia memerlukan waktu istirahat untuk mengumpulkan energi supaya dapat menjalankan tugas berikutnya dengan lebih baik. Pada kenyataannya memang saya rasakan bahwa waktu liburan membuat saya lebih segar sehingga bersemangat bekerja dan lebih produktif. Beristirahat sejenak menjadikan kita mampu menempuh perjalanan lebih jauh, karena istirahat merupakan sarana relaksasi tubuh dari kelelahan dan merupakan obat jenuh dari berbagai rutinitas yang membosankan..Ya, ia merupakan kebutuhan jiwa yang letih. Namun dalam perjalanannya tekadang ia menjadi alat iblis untuk menghambat anak manusia dalam kerja-kerja mulianya, karena manusia cenderung untuk selalu ingin istirahat meski ia sudah menikmatinya.
Jadi , jika liburan ini menjadi sebuah “cuti” untuk lepas dari semua beban terutama beban ibadah, maka jangan kau memperturutkannya, hempaskanlah. Jikapun ingin ” tempat berteduh sementara” maka itu ada dalam majelis-majelis ukhuwah, birrul walidain, dan pada munajat malammu, karena dia merupakan oase bagi dahagamu.
Memang kita butuh rehat, memang kita butuh jeda, namun bukan di sini tempatnya dan belum saatnya. Akan tetapi nanti ketika engkau melangkahkan kaki kananmu memasuki surga-Nya.
STIBA Makassar, akhukum fillah Marzuki Umar
Senin, Juni 29, 2009
BEGINI HARUSNYA MEMAKNAI LIBURAN
.: Tentang Web Ini :.
Web ini dikelola secara pribadi sebagai wujud apresiasi atas Shohwah Islamiyah, walau ia hanya deretan-deretan kata yang mungkin saja bagi sebagian orang tidak bermakna. namun inilah bagian dari salah satu tapak gerak itu, daripada sibuk mengutuk kelam namun enggan menyalakan pelita.
Fie Harokatin Barokah, dalam pergerakan ada berkah. Saya memilih sepakat dengan membayar harga sebuah cita-cita dan mimpi. Aku pernah bermimpi dan berpikir untuk merengkuh takdir sejarahku sebelum meninggal. Selebihnya biar ALLAH yang memberiku mimpi baru.
Sisa menitip asa pada waktu. Setiap peristiwa ada waktunya, maka setiap kemenangan ada jadwalnya. Satu kata, Berbuat!.
Marzuki Umar
(marzuki_umar@ymail.com)
Fie Harokatin Barokah, dalam pergerakan ada berkah. Saya memilih sepakat dengan membayar harga sebuah cita-cita dan mimpi. Aku pernah bermimpi dan berpikir untuk merengkuh takdir sejarahku sebelum meninggal. Selebihnya biar ALLAH yang memberiku mimpi baru.
Sisa menitip asa pada waktu. Setiap peristiwa ada waktunya, maka setiap kemenangan ada jadwalnya. Satu kata, Berbuat!.
Marzuki Umar
(marzuki_umar@ymail.com)
0 komentar:
Posting Komentar