Tak bisa kupahami kebisuannya
Semakin melarutkan diri menuju titik entah dimana
Menarik Napas satu-satu yang tersengal
Membolak-balikkan sejarahnya dengan tatapan hampa
Harapnya yang penuh debu...
Jatuh menjuntai ke bawah
Jauh, jauh sekali.
Melepuh lelehan peluh
mengucur keras
Sementara bibirnya seperti sedang berucap
Dengan air muka yang tetap tumpah berderai...
Bukalah pintu..
Dan ciumlah harumnya tangisku
Menghapus birunya hati
Menuju tapal batas harapan
Memandangi camar-camar yang melempar angin
Tertegun gagu oleh desiran ombak
Mengumpulkan pasir-pasir hidupnya dengan perih
Semakin melarutkan diri menuju titik entah dimana
Menarik Napas satu-satu yang tersengal
Membolak-balikkan sejarahnya dengan tatapan hampa
Harapnya yang penuh debu...
Jatuh menjuntai ke bawah
Jauh, jauh sekali.
Melepuh lelehan peluh
mengucur keras
Sementara bibirnya seperti sedang berucap
Dengan air muka yang tetap tumpah berderai...
Bukalah pintu..
Dan ciumlah harumnya tangisku
Menghapus birunya hati
Menuju tapal batas harapan
Memandangi camar-camar yang melempar angin
Tertegun gagu oleh desiran ombak
Mengumpulkan pasir-pasir hidupnya dengan perih
Kamar sejarahku, 30 Oktober 2009
Faris al-Faiz
Faris al-Faiz
0 komentar:
Posting Komentar