Ada tiga pendapat dalam masalah ini :
Pendapat Pertama,
Disyaratkan menggunakan bahasa arab.Ini adalah pendapat madzhab Imam Malik dan Asy-Syafii.Mereka berdalil dengan Hadist Malik bin Huwairist bahwasannya Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam berkata :
صلوا كما رأيتموني أصلي
Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihatku sholat [1]
Dan adalah Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam berkhutbah dengan bahasa arab.Mereka menyamakan hukumnya dengan Dzikir-dzikir yang sifatnya tauqifiyah (terikat oleh dalil).
Pendapat Kedua,
Bahwasannya khutbah sah dengan seluruh bahasa.Ini pendapat Abu Hanifah rahimahullah dengan dalil sebagai berikut: Allah ta’ala berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ
Tidaklah aku utus dari segenap Rasul kecuali dengan lisan kaumnya agar dapat menjelaskan kepada mereka (QS.Ibrahim ayat 4)
Dengan lisan mereka ,maksudnya adalah dengan bahasa mereka.Tidak tercapai penyampaian dan pengajaran kecuali dengan bahasa orang yang diajak bicara.
Pendapat Ketiga,
Masalah ini dirinci.Khutbah disyaratkan dengan bahasa arab, kecuali jika ada udzur dimana penyampai khutbah tidak bisa berbahasa arab,maka dia berkhutbah dengan bahasa kaumnya.Pendapat ini masyhur dikalangan madzhab Imam Ahmad rahimahullah
Yang kuat -insya ALLAH- dalam adalah dengan memperhatikan faktor keadaan pendengar khutbah. Apabila yang mendengar tidak dapat memahami bahasa arab,maka khutbah disampaikan dengan bahasa yang bisa mereka pahami, sebagaimana pendapat Madzhab Hanafi,karena Allah berfirman “Tidaklah aku utus dari segenap Rasul kecuali dengan lisan kaumnya agar dapat menjelaskan kepada mereka “(QS.Ibrahim ayat 4)
Apabila sampainya risalah tersebut dengan lisan kaum para Rasul yang diutus kepada mereka, maka permasalahn yang sifatnya cabang lebih layak lagi. Dan khutbah adalah jenis cabang dari penyapaian risalahn. Dan juga Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk belajar bahasa yahudi agar memungkinkan Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam dalam surat menyurat dengan bahasa mereka dan menyampaikan risalah atas mereka.
Wallahu ta'ala a'lam..
Medina, 20 shofar 1432
0 komentar:
Posting Komentar