Saya tidak henti-hentinya menggeleng-gelengkan kepala diselingi ucapan 'Subhanallah' ketika mengikuti mata kuliah Kutub Sittah, Pelajaran mengenai enam kitab hadits yang paling kuat yang pernah ada di dunia ini. Dari ke enam kitab hadits itu, Kitab yang paling afdhol, paling kuat hujjahnya setelah al-Qur'an adalah Shohih Bukhari. Nama yang tidak asing lagi di telinga kita, setiap kali membaca petuah-petuah Rasulullah. Namun sebelum menyelami dalamnya samudera ilmu dalam buku tersebut terlebih dahulu kami dikenalkan, Siapa itu Imam Bukhari? Di sinilah decak kagum itu. Kuasa ALLAH atas seorang yang bernama Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al-Bukhari. Lebih familiar dengan nama Imam Bukhari.
Sejak kecil, Amirul Mukminin dalam bidang hadits ini hidup dalam keprihatinan. Ketika terlahir ke dunia, Bukhari cilik tak bisa melihat, beliau buta. Sang bunda tak putus dan tak tak pernah berhenti berdoa dan memohon kepada Allah untuk kesembuhan penglihatan putranya.
Sang Khaliq pun mengabulkan doa sang bunda. Secara menakjubkan, ketika menginjak usia 10 tahun, penglihatan bocah yang kelak menjadi ulama terpandang itu kembali normal. Sang ayah, Ismail Ibnu Ibrahim, juga seorang ahli hadis yang terpandang tutup usia saat Imam Bukhari masih belia. Meski hidup sebagai seorang anak yatim yang serba pas-pasan, Bukhari cilik tak pernah putus asa. Ia menghabiskan waktunya untuk belajar dan belajar, tanpa merisaukan masalah keuangan.
Namun saudaraku lihatlah, dari keterbatasan itu sosok cerdas itu muncul. Daya ingat dan kecepatannya dalam menghafal sungguh tiada dua pada zamannya. Kekuatan intelektualnya sungguh sangat memukau dan menakjubkan. Pada usia 10 tahun, Imam Bukhari sudah mampu menghafal 70 ribu hadis. Imam Bukhari sempat berkata, ‘’Saya hafal seratus ribu hadis sahih dan saya juga hafal dua ratus ribu hadis yang tidak sahih.’‘ Subhanallah..Ia tak cuma mampu menghafal ratusan ribu hadis tersebut, namun juga mampu menyebutkan rentetan perawi dari setiap hadits yang dihafalnya.
Para ulama di tempat yang disinggahinya belajar, mencoba menguji kemampuan dan daya ingatnya dalam menghafal sabda Rasulullah . Para ulama itu lalu mencampuradukkan dari ratusan hadis. Namun beliau mampu membacakan hadits-hadits itu dengan sanad yang benar. Para ulama pun terkagum-kagum dengan kecerdasan dan ketelitian sang ahli hadits ini.
Sang ulama fenomenal itu mendedikasikan hidupnya untuk menyeleksi secara ketat ratusan ribu hadis yang telah dihafalnya sejak kecil. Karyanya yang sangat monumental itu bak cahaya yang telah menerangi perjalanan hidup umat Islam. Ribuan hadis sahih telah dipilihnya menjadi pedoman hidup umat Islam, sesudah Alquran.
Pada usia 18 tahun, secara khusus, Imam Bukhari mencurahkan pikiran dan waktunya untuk mengumpulkan, mempelajari, menyeleksi, dan mengatur ratusan ribu hadis yang dikuasai dan dihafalnya. Demi memurnikan dan mencapai hadis-hadis yang paling otentik dan sahih, ia berkelana ke hampir seluruh dunia Islam, seperti Mesir, Suriah, Arab Saudi, serta Irak.
Dengan penuh kesabaran, ia mencari dan menemui para periwayat atau perawi hadis dan mendengar langsung dari mereka. Tak kurang dari 1.000 periwayat hadits ditemuinya. Hingga akhirnya, Imam Bukahri menguasai hampir lebih dari 600.000 hadits, baik yang sahih maupun dhaif. Perjalanan mencari dan menemukan serta membuktikan kesahihan hadis-hadis itu dilakukannya selama 16 tahun.
Ketakwaan dan keshalihan Al Imam Al Bukhari juga merupakan sisi lain yang tak pantas dilupakan. Berikut beberapa pernyataan para ulama tentang ketakwaan dan keshalihan beliau agar dapat dijadikan teladan.
Abu Bakar bin Munir berkata, “Saya mendengar Imam Bukhari berkata, “Saya berharap bahwa ketika saya berjumpa Allah, saya tidak dihisab dalam keadaan menanggung dosa ghibah.”
Abdullah bin Sa’id bin Ja’far berkata, “Saya mendengar para ulama di Bashrah mengatakan, “Tidak pernah kami jumpai di dunia ini orang seperti Muhammad bin Ismail dalam hal ma’rifah (keilmuan) dan keshalihan”.
Sulaim berkata, “Saya tidak pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri semenjak enam puluh tahun orang yang lebih dalam pemahamannya tentang ajaran Islam, leblih wara’ (takwa), dan lebih zuhud terhadap dunia daripada Imam Bukhari.”
Setiap kali beliau menulis satu hadits dalam kitab shohihnya beliau mengawali dengan Sholat Sunnat... Subhanallah !
Beliau wafat pada malam Idul Fithri tahun 256 H. ketika beliau mencapai usia enam puluh dua tahun.
Selamat jalan wahai Samudera ilmu...
Itulah sedikit dari sekian banyak kuasa ALLAh pada seorang Imam Bukhari.
Usai mendapatkan kuliah ini, seorang teman bertanya pada dosen, "Bisa nda lahir lagi seperti Imam Bukhari di zaman kita Ustadz?"..."Jadilah seperti ayah beliau dan carilah istri seperti Ibu beliau yang ahli ibadah"..ALLAHU AKBAR..^_^
0 komentar:
Posting Komentar