Kekuatan takdir itulah yang menjadi teka-teki berantai dari sebuah narasi hidup.
Kita terkadang Lupa bagaimana mengeja huruf-huruf syukur menjadi kata cinta,
Lalu menjadi sederet kalimat nikmat.
Sayang, kita lebih senang meratapi puisi atau paragraf pendek sebuah cerita yang belum bernama.
Ada suatu kisah yang kemudian terasa begitu panjang.
Selepas senja yang menebarkan wangi rindu yang khas.
Sebuah pesan untuk sesuatu yang berat terucap, tersimpan dalam ruang kesunyian
Sekiranya kita tahu, jika kelak jejak akan tiba dengan membawa sekantong bunga-bunga hujan,
maka pasti kita akan menyambut tangannya dengan rindu yang asing.
Duduk di tepian malam, menanti rembulan bertahmid dengan senandung yang hening.
Ada banyak setting dari hidup ini yang belum terakumulasi.
Masih berceceran dan belum sempat ditulis.
Entahlah, bukan karena lupa cara menulis.Tapi kita lupa bagaimana cara membaca.
Al-Faqiir ila afuwwi Rabbihi,
Marzuki Umar
Jakarta, 18 Ramadhan 1431 H
0 komentar:
Posting Komentar