Senin, Maret 28, 2011

Do’a Seorang Tukang Roti

Dalam meniti hidup ini, acapkali ALLAH ingin melihat kesungguhan dan ketulusan kita. Hingga kadang ketika terjadi benturan yang tentu saja membuat hati berbisik lirih, "Kenapa harus seperti ini?". Lalu pada gilirannya ia kemudian terwakili oleh air mata, bahkan tak sedikit yang berujung putus asa.


“..dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS.Yusuf:87).

Sebagai seorang mahasiswa rantau di negeri haramain, kami diberikan kemudahan untuk hidup bersama para ulama –rahmatullahi 'alaihim-. Merasakan petuah-petuahnya sampai pada dialog-dialog lepas sekalipun. Alhamdulillah di antara kesempatan berharga itu, kami dapat bersua bersama fadhilatusy syaikh Muhammad Al-Arifi. Beliau yang dulunya hanya kami kenal lewat ceramah-ceramah asatidza yang mengutip perkataannya. Atau sejumlah buku hasil karya beliau –rahimahullah- yang ada di perpustakaan kampus, saat di Makassar.

Dari kebersamaan itu beliau mengajak kami merenungi salah satu kisah tentang jiwa yang tak mengenal letihnya berharap kepada ALLAH. Jiwa yang meyakini bahwa ALLAH maha mendengar, maha melihat, dan maha mengetahui hajat hambaNya.Kisah yang diceritakan oleh Syaikh kali ini adalah tentang seorang kakek tua. Dengan umur yang setua itu harus melakukan safar yang jauh tanpa seorangpun yang menyertai.

Setibanya sang kakek tua di suatu perkampungan yang tak dikenalnya, bersamaan itu pula waktu sholat sudah masuk. Selepas sholat dan malam juga akan semakin larut, sang kakek memilih untuk melepas letih di masjid tersebut. Tapi belum juga lelah itu tumpas, tiba-tiba ia mendengar hardikan. " Pak tua, masjid ini bukan tempat untuk tidur!" ujar sang penjaga masjid yang sebentar lagi akan mengunci pintu. "Saya seorang musafir yang tak memiliki sanak kerabat, dan tempat menumpang" jawab sang kakek memnta kebijaksanaan. Namun rupa-ruapanya pernyataan diplomatis sang kakek urung membuat sang marbot untuk membiarkannya di dalam masjid, walau satu malam saja. Dipaksanya sang kakek keluar masjid.

Tapi mau diapalagi jika memang kenyataannya kakek tersebut betul-betul tak memiliki tempat menumpang semalam saja.
Malam yang semakin larut dengan lelah yang dari tadi membutuhkan istirahat, membuat sang kakek tetap memilih berdiam di teras masjid. Lagi-lagi baru saja punggung bersandar, kaki sang kakek diseret oleh marbot keluar, hingga tampaklah kejadian yang menyedihkan oleh seorang tukang roti. Berangkat dari rasa kasihannya itu, sang tukang roti ini mengajak sang kakek ke rumahnya menginap.

Sesampainya di rumah tukang roti, Sang Kakek mendapati satu tindakan sang empunya rumah yang membuat sang kakek dari tadi terheran-heran. Bibir tukang roti ini dari tadi nampak mengucapkan sesuatu, tanpa henti-henti.

Mendekatlah sang kakek, "Dari tadi saya memperhatikanmu, melihatmu mengucapkan sesuatu". Tukang roti itu kemudian menelaskan "Saya dari tadi berdzikir wahai pak tua". Sang kakek dengan heran kemudian bertanya. "Apa tidak capek?".
"Wahai pak tua, saya sdah terbiasa sejak bertahun-tahun dengan hal seperti ini bahkan sudah menjadi kebiasaan, ada sesuatu yang kurang jika kebiasaanku ini terlewati".

Sejenak sang kakek kagum, dan semakin tertarik menelusuri lebih jauh kebiasaan tukang roti yang unik ini. "Lalu apa yang telah engkau dapatkan dari kebiasaanmu berdzikir seperti ini?" lanjut sang kakek. "Doa-doa saya terijabah oleh ALLAH".
Sang kakek semakin kagum dengan sang tukang roti yang dari sepintas tadi tampak biasa-biasa saja, ternyata memiliki keistimewaan, subhanallah!.
"Tapi,,”suara tukang roti ini memecah suasana, “Ada satu doa yang telah bertahun-tahun lamanya kupanjatkan namun belum juga terkabulkan!" kata tukang roti tersebut tiba-tiba. "Doa apakah gerangan itu?" Tanya sang kakek semakin heran. "Dalam umur yang tersisa ini saya berharap bertemu langsung dengan Imam Ahmad bin Hanbal". Serta merta mata sang kakek itu berkaca-kaca dan berkata "ALLAHU AKBAR! Sayalah Ahmad ibn Hanbal, orang yang dikirim ALLAH untuk bertemu denganmu sampai saya harus diseret ke hadapanmu sebagai jawaban atas doamu tersebut"

Ya, kakek tua tersebut tidak lain adalah Imam Ahmad, yang awalnya mendapatkan perlakuan tidak baik, ternyata adalah cara ALLAH untuk menjawab doa tukang roti yang bertahun-tahun bermohon kepadanya agar dipertemukan dengan sang Imam Ahlisunnah.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS:Al-Baqarah: 186).


Meyakini bahwa ALLAH akan memberikan yang terbaik untuk hambanya yang tak berputus asa bermunajat yang dibarengi dengan ketulusan kelak akan berjawab jua. Hati yang mungkin nyaris putus asa dan hampir saja mengatakan mustahil kelak akan berbuah indah pada masanya. Mungkin memang belum saatnya, karena mungkin timingnya memang belum tepat. Karena bisa jadi ALLAH mempersiapkan kejutan yang membuatmu mengangungi kebesaranNya. ALLAHU AKBAR!

“Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS.Ash-Shof:13).



Madinah Al-Munawwarah, 28 Maret 2011 00:00


2 komentar:

Abu Fauzan mengatakan...

Masya Allah, kisah yang sangat bagus, barakallahu fiikum, aku makin percaya bahwa keajaiban itu ada, dan selalu saja ada peluang untuk sebuah kejutan...

Anonim mengatakan...

masya allah,ana senang sekali dengan web ini penuh dengan pelajaran dan ilmu,ana minta izin untuk copy paste tulisan-tulisan yang ada di web ini untuk di sebar luaskan.semoga bermanfaat untuk yang lainnya.semoga tulisan-tulisan antum bisa bermanfaat dan semoga antum diberi semangat untuk menulis tulisan-tulisan yang baru serta menjadi ladang amal buat antum.syukron jazakallahu khoir

Posting Komentar

Photobucket Photobucket Photobucket
marzukiumar.com © 2007 supported by www.iu.edu.sa allright reserved