Akhi...
Duduklah di sampingku
Kita terjaga sejenak laksana musafir di balik kemilau danau
Sebelum tidur memeluk jiwaku
Dan senja menarikku tanpa kusempat lagi menjabat tanganmu
Akhi...
Kini aku masih tersungkur di gubuk kita
Walau sebagian air tamannya telah engkau teguk
Lalu bawa berlari ke ujung ufuk
Sisanya kupungut menjadi sebongkah cita
Akhi...
Bila langkah tersaruk ranting-ranting kering
Dengarlah risik daun bambu di antara rimbunan awan
Untuk menghapus peluh keluh yang berkejaran
Hingga menyisakan sebutir senyum putih di wajahmu yang tak asing
Akhi...
Pergilah!
Dan bila engkau telah lelah
Carilah nafas embun di belakang lembah
al-Faqiir ila afuwwi Rabbihi, Uki
di depan laptop sejarahku, 190110
Duduklah di sampingku
Kita terjaga sejenak laksana musafir di balik kemilau danau
Sebelum tidur memeluk jiwaku
Dan senja menarikku tanpa kusempat lagi menjabat tanganmu
Akhi...
Kini aku masih tersungkur di gubuk kita
Walau sebagian air tamannya telah engkau teguk
Lalu bawa berlari ke ujung ufuk
Sisanya kupungut menjadi sebongkah cita
Akhi...
Bila langkah tersaruk ranting-ranting kering
Dengarlah risik daun bambu di antara rimbunan awan
Untuk menghapus peluh keluh yang berkejaran
Hingga menyisakan sebutir senyum putih di wajahmu yang tak asing
Akhi...
Pergilah!
Dan bila engkau telah lelah
Carilah nafas embun di belakang lembah
al-Faqiir ila afuwwi Rabbihi, Uki
di depan laptop sejarahku, 190110
0 komentar:
Posting Komentar