Hari itu bendera kemenangan hampir saja dikibarkan. Namun, kelalaian salah satu regu yang sejak awal telah ditentukan posisinya harusnya bersabar penuh kesiapsiagaan bersama panah di tangan. Duh, pasukan Muslim berada pada posisi yang sangat rawan. Di tengah kecamuk perang itu kodisi Rasulullah sangat mengkhawatirkan. Pasukan Quraisy merangsek dengan kekuatan yang sangat besar, menyerang dengan membabi buta. Benar-benar mencemaskan… Bersama dengan itu tersiar kabar akan gugurnya Rasulullah di medan syuhada. Medan uhud.
Sejurus kemudian semangat juang pasukan Muslimin menurun drastic dan semakin melemah, hal ini membuat kaum Quraisy semakin liar menetakkan bilah pedangnya ke tubuh-tubuh mujahid.
Tiba-tiba saja terdengar suara Ka’ab bin Malik, “Bergembiralah wahai kaum muslimin, inilah Rasulullah” . Rasulullah muncul dan tetap teguh melanjutkan peperangan.
Bila diingatkan tentang perang Uhud, Abu bakar selalu teringat pada Thalhah. Ia berkata, “Perang Uhud adalah hari bagi Thalhah. Pada waktu itu akulah orang pertama yang menjumpai Rasulullah. Ketika melihatku dan Abu Ubaidah, Beliau berkata kepada kami: “Lihatlah saudaramu ini.” Pada waktu itu aku melihat tubuh Thalhah terkena lebih dari tujuh puluh tikaman atau panah dan jari tangannya putus.”
Ketika tentara Muslim terdesak mundur dan Rasulullah dalam bahaya akibat kucar-kacirnya pemanah-pemanah dalam menjaga pos-pos di bukit, di saat itu pasukan musyrikin bagai dirasuk syaitan melangkah maju untuk menghapus tentara muslim dan Rasulullah, terbayang di pikiran mereka kekalahan yang amat memalukan di perang Badar. Salah satu diantara mujahid yang melindungi Nabi adalah Thalhah. Ia berperawakan tinggi. Thalhah mengayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri. Ia melompat ke arah Rasulullah yang tubuhnya berdarah. Dipeluknya Rasulullah dengan tangan kiri dan dadanya. Sementara pedang yang ada ditangan kanannya ia hayunkan ke arah lawan yang mengelilinginya bagai tidak memperdulikan maut. Badannya menjadi tameng dari hujanan anak panah. Rasulullah pun selamat. Baginda Rasulullah kemudian dipapah oleh Thalhah menaiki bukit yang ada di ujung medan pertempuran. Tangan, tubuh dan kakinya diciumi oleh Thalhah, seraya berkata, “Aku tebus engkau Ya Rasulullah dengan ayah ibuku.” Sejak peristiwa Uhud itulah Thalhah mendapat julukan “Burung Elang hari Uhud.”
Tak salah memang jika tak kurang bukti bahwa cinta memang betul-betul mengubah dan menggubah dengan hati yang ikut terayun oleh angin syahadat cinta yang jujur. Ada syahdu, desiran, letupan rindu.
Pendeknya ada benang merah yang bisa ditarik dengan sederhana. Ketika seseorang menyampaikan sesuatu dari lubuk hatinya maka akan sampai pula ke dasar hati, yang terdalam. Tapi jangan berharap dengan hal yang serupa jika yang disampaikan hanya berhenti pada ikrar dan ucap. Maka marilah hidup jujur dengan cinta itu, dengan berkorban!.
Uki, 12 1 10
0 komentar:
Posting Komentar