Minggu, Februari 20, 2011

Sebelum Engkau Menghukumiku...

Saudaraku...


Saya ingin mengajakmu berziarah ke salah satu kisah yang tidak asing bagi kita. Mencium semerbaknya dan memetik kembang hikmah yang kadang luput bagi sebagian pengunjung.
Kisah yang selalu engkau baca setiap jum'atnya. Ya, surah al-Kahfi.
Renungi dan petiklah kembang hikmah tersebut !!!....


Khidir:"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu"

Musa :"Insya Allah kamu akan mendapatkanku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".

Khidir:"Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tetang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".

Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidihr melobanginya.

Musa:"Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya" Sesungguhnya kamu telah berbuat kesalahan yang besar.

Khidhir:"Bukankah aku telah berkata:"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku"

Musa berkata:"Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".

Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidihr membunuhnya.

Musa:"Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".

Khidhir:"Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku"

Musa:"Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku".

Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu.

Musa:"Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".

Khidihir:"Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya:

- Adapun bahtera itu kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena dihadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.

- Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mu'min, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Rabb mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anak itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).

-Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Rabbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanan itu, sebagai rahmat dari Rabbmu;

dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya." (QS. Al-Kahfi: 60-82)

Saudaraku,,,

Dalam kebersamaan kita ada saja riyak yang mungkin menyertai. Saya dan antum berada pada masyarakat manusia yang berkawan khilaf dan salah, bukan sedang bermuamalah dengan Malaikat yang selamanya lurus terus.

Dalam kisah kebersamaan kita, engkau akan menjadi saksi ketidaksempurnaanku begitu pula sebaliknya. Namun apakah kesalahan itu serta merta memang betul adalah sebuah kesalahan?

Musa mengajarkan sikap TABAYYUN yang sangat indah dengan apa yang telah diperbuat guru sekaligus rekannya. Apa yang diperbuat oleh Khidr memang tampak sepintas merupakan 'kesalahan'. Begitu bijak Musa berkenan untuk mengkroscek:
Mengapa kamu melobangi perahu itu...?
Mengapa kamu bunuh jiwa ...?
Dan ternyata tersimpan mutiara hikmah yang indah

Duhai, sekiranya sikap ini dimiliki oleh pengusung dakwah ini, hingga riyak itu tidak menjadi ombak yang membuat barisan ini menjadi puing-puing yang berserakan. Sekali lagi, bukan untuk meligitimasi kalau memang ia merupakan kesalahan, tetapi mendahulukan dengan persangkaan baik lalu mengikutinya dengan tabayyun adalah sikap yang seyogyanya kita tapaki.

Karena kekurangan dan kesalahan tak ada habisnya dan selalu muncul, bahkan mungkin saja berulang. Manusia adalah tempatnya salah dan kurang. Jangan suka mengais-ngais kesalahan, karena memang kesalahan akan ditemukan jika dicari, dan dia pasti akan datang. Bahkan tanpa dicari sekalipun.

Allohu A'lam...

Medina, 17 Rabi'ul Awwal 1432 H...
Bersabarlah menunggu ketetapan TuhanMu!


0 komentar:

Posting Komentar

Photobucket Photobucket Photobucket
marzukiumar.com © 2007 supported by www.iu.edu.sa allright reserved