Setiap jengkal dari perputaran masa, kita selalu dipertontonkan berita 'kekalahan' kaum muslimin di tanah mereka sendiri. Karena seringnya, kitapun kadang menganggap biasa saja darah yang tumpah, nyawa yang melayang, lalu akhirnya jenuh dan tidak peduli lagi. .
Di lain tenpat, di tanah kaum muslimin yang 'aman-aman' saja, tidak disibukkan dengan desingan peluru justru harus bertarung dengan seribu macam rekayasa dan konspirasi orang-orang kafir untuk mencegah berkibarnya ketinggian izzah ummat ini, lalu dibentuklahh model muslim baru yg setali dengan arah yg mereka tuju. Lalu dibumbui dengan istilah yang tampak humanis; liberalisme, feminisme, .. Mereka yang kemudian enggan tunduk patuh mengekor digelari sebagai kaum fundamentalis, ekstrimis bahkan teroris.
Mereka akan selalu diburu atau paling minimal diwaspadai karena mmengganggu kerukunan dan keamanan, katanya. Beda halnya dengan yang tunduk dengan tatanan dunia baru yg mereka kehendaki, seabrek innstrumen duniawi akan mudah mereka dapatkan.
Kurang lebih hampir sama dengan kondisi generasi awal kaum muslimin di masa Rasulullah tatkala meletakkan batu pondasi dakwah ini di Makkah. Saat itu siapa saja yang menyusuri jejak Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam dianggap sebagai pengganggu stabilitas kaum. KarenaNabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabat datang denngan ideologi yang berbeda bahkan sangat aneh bagi orang-orang kafir Quraisy saat itu. Tidak sedikit sahabat yang mengalami pengusiran, penganiayaan, penyiksaan, pemboikotan, pemenjaraan hingga pembunuhan.
Berangkat dari keadaan yang demikian parahnya, seorang Sahhabat lalu berkeluh-kesah kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
Dari Khabab bin Al-Arat ia berkata: ”Kami mengeluh di hadapan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam saat beliau sedang bersandar di Ka’bah. Kami berkata kepadanya: ”Apakah engkau tidak memohonkan pertolongan bagi kami? Tidakkah engkau berdoa kepada Allah untuk kami?” Beliau bersabda: ”Dahulu seorang lelaki ditanam badannya ke dalam bumi lalu gergaji diletakkan di atas kepalanya dan dibelah menjadi dua namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Dan disisir dengan sisir besi sehingga terkelupaslah daging dan kulitnya sehingga tampaklah tulangnya namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Demi Allah, urusan ini akan disempurnakan Allah sehingga seorang penunggang kuda akan berkelana dari San’aa ke Hadramaut tidak takut apapun selain Allah atau srigala menerkam dombanya, akan tetapi kalian tergesa-gesa!” (HR Bukhary 3343)
Sahabat, PR panjang umat ini hanya merupakan perpanjangan dari rentetan sunnatullah perjuangan. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab beliau hadir dalam suatu majelis dimana Umar menyuruh masing-masing sahabat Muhajirin menceritakan pengalaman dan pengorbanan sewaktu masa jahiliyyah berjuang di Mekkah untuk menjadi pelajaran bagi yang lainnya. Masing-masing menceritakan pengalamannya. Begitu tiba giliran Khabab beliau langsung membuka bajunya dan memperlihatkan punggungnya kepada jamaah majelis. Betapa terkejutnya mereka melihat punggungnya yang dipenuhi lubang-lubang berwarna hitam sebesar bola kasti. Umar menanyakan apa yang telah terjadi. Maka Khabab berkata: ”Aku dulu disiksa dengan cara disuruh berbaring terlentang di atas tumpukan batu yang telah dibakar sehingga aku bisa mencium bau dagingku terbakar seperti bau sate panggang!”
Sahabat, sungguh perjuangan ini tidak mudah. Hingga begitu banyak dari para pengusungnyya yang memmilih pensiun dini dan mundur teratur. Bahkan tidak sedikit yg tidak lagi mampu bersabar menanti kemenangan dengan cara mereka senndiri, dengan cara yang tergesa-gesa!
‘Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS Al-Baqarah ayat 214)
Medina, 2 rabi'ul awal 1432
1 komentar:
Dan sekarang kita telah ditempatkan di posisi masing2, bagaimana kesungguhan kita saja, bersungguh2 menggapai keridhoanNya.
*syukron Ustadz...
Posting Komentar