Peter Amiens, dia seorang pendeta kristen. Ketenangannya terusik, ada risau yang terasa menjanggal pada semangat keberagamaannya. Tekanan-tekanan batinnya itu ia kemudian terjemahkan menjadi laku yang nyata.
Ia membujuk kaisar Elexius Komeninus agar segera merebut Baitul Maqdis dari tangan kaum Muslimin. Ia merasa tidak tenang tempat yang selama ini diklaimnya sebagai tanah suci umat kristen berada di bawah kekuasaan Islam.
Sang Kaisar pun terprovokasi dan selanjutnya meminta ‘fatwa’ kepada Paus Urbanus agar raja-raja Eropa bersatu padu mengumpulkan kekuatan merebut al-quds dari tangan kaum Muslimin. “barangsiapa yang bersedia bergabung dalam angkatan perang suci itu, akan diampuni semua dosanya kecil maupun besar” Demikian perintah Paus. Hingga terkumpullah jumlah pasukan yang sangat besar , hampir 100 ribu tentara tergabung dalam perang penebus dosa tersebut.
Terkepunglah tanah suci al-Quds oleh para pasukan Salib. Kaum muslimin mendapatkan pukulan telak. Orang islam dibakar hidup-hidup, sisanya ditumpuk tak ubahnya seperti sampah.
Lalu sekarang, kenapa kita masih tenang-tenang saja. Kenapa al Aqsho yang kini telah retak- retak di berbagai penjurunya tidak juga kita anggap ini adalah seruan. Ini adalah panggilan. Ataukah kisah kepahlawanan Sholahuddin al-Ayyubi dan sederet nama lainnya hanya menjadi nostalgia pengantar tidur. Ya, betul-betul kisah pengantar tidur hingga kita terlupa untuk bangun padahal di sana, di bumi al-Quds tempat pertama kali Rasulullah dan wajah-wajah para sahabat menghadap kepadanya dalam sholat, kini riuh dengan suara mesiu dan senapan. Namun lagi-lagi mungkin suara itu terlampau lirih hingga tidur masih memeluk kita dan enggan untuk bangun.
Ataukah telinga seorang pendeta lebih peka hingga risau mengharuskannya untuk berbuat sesuatu, sebagai bukti bahwa risau bukanlah risau itu sendiri, tapi ia adalah gerak.
Ataukah kita harus menunggu al-Aqsha rata dengan tanah, baru kita terbangun kalau ia sedari tadi menuntut bela? Saya yakin TIDAK saudaraku!
Makassar, 14 Rabi'ul Akhir 1431 00:30
0 komentar:
Posting Komentar